YES ATAU NO?
Sudah sebulan Eufemia alias Femmy
menjadi mahasiswa di fakultas Manajemen di unversitas negeri di Dili. Setelah pindah dari distrik[i]
ke ibu kota Dili, baginya segala sesuatu di kota terasa baru . Mulai
dari cara berpakaian, berbicara sampai bertingkah laku, orang-orang terlihat berbeda
dan sangat berani dibanding dirinya yang pemalu dan belum pandai bergaul.
Sejak masuk kampus, Femmy sudah memiliki beberapa teman meskipun belum terbiasa berteman dengan semua orang. Namun terkadang, dia merasa aneh dengan orang lain maupun dirinya sendiri, karena kata orang dia tidak ‘gaul’ sebab jarang dia bergaul namun lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan.
Sejak masuk kampus, Femmy sudah memiliki beberapa teman meskipun belum terbiasa berteman dengan semua orang. Namun terkadang, dia merasa aneh dengan orang lain maupun dirinya sendiri, karena kata orang dia tidak ‘gaul’ sebab jarang dia bergaul namun lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan.
Pagi itu, selasai
mata-kuliah jam pertama, Femmy memutuskan untuk pergi ke perpustakaan mencari
referensi untuk tugas sekolah. Dalam perjalanan, ia melihat Belina
memanggilnya untuk berhenti.
“Femmy… Tunggu dulu! Aku mau menyampaikan sesuatu.” Kata Belina.
“Ada apa Belina? Katakan saja,”
Jawab Femmy.
“Seseorang ingin berkenalan denganmu lho.”
“Berkenalan denganku?"
"Iya"
"Siapa? dan kenapa?”
“Aduuh, hal seperti inipun kau tidak paham ya? Dia itu teman sekolahku dulu waktu masih SMA. Dia ingin mengenalmu dan kau juga akan mengenalnya. Kau ini memang ‘kuper’ya. Apa kau tidak pernah sekalipun berkenalan derngan lelaki manapun?"
“Iya. Aku paham apa yang disebut berkenalan. Tapi kenapa kami harus berkenalan? Memangnya disini kita semua harus saling mengenal?”
“Ya Tuhan, Femmy. Memang susah ya bicara denganmu. Tentu saja berkenalan ya untuk berteman lah. Fem, aku khawatir padamu, karena kau sama sekali tidak bergaul. Setiap hari kau hanya berkutat di perpustakaan sana. Belajar memang penting tetapi kita juga perlu berteman miga[ii]. Kau sudah cantik tapi malah selalu bersembunyi. Aku tahu kau pintar, tapi kau juga perlu menyegarkan dirimu melalui berteman dengan orang baru. Ayolah. Jangan bertanya lagi ya…”
"Iya"
"Siapa? dan kenapa?”
“Aduuh, hal seperti inipun kau tidak paham ya? Dia itu teman sekolahku dulu waktu masih SMA. Dia ingin mengenalmu dan kau juga akan mengenalnya. Kau ini memang ‘kuper’ya. Apa kau tidak pernah sekalipun berkenalan derngan lelaki manapun?"
“Iya. Aku paham apa yang disebut berkenalan. Tapi kenapa kami harus berkenalan? Memangnya disini kita semua harus saling mengenal?”
“Ya Tuhan, Femmy. Memang susah ya bicara denganmu. Tentu saja berkenalan ya untuk berteman lah. Fem, aku khawatir padamu, karena kau sama sekali tidak bergaul. Setiap hari kau hanya berkutat di perpustakaan sana. Belajar memang penting tetapi kita juga perlu berteman miga[ii]. Kau sudah cantik tapi malah selalu bersembunyi. Aku tahu kau pintar, tapi kau juga perlu menyegarkan dirimu melalui berteman dengan orang baru. Ayolah. Jangan bertanya lagi ya…”
“OK baiklah mana boot[iii].
Aku bisa terima. Kapan ingin bertemu? Nanti setelah selesai kuliah sore ya.
Disini saja boleh kan?”
“Akhirnya. Begitu harusnya miga. OK,
nanti aku kabari dia. Aku pergi dulu. Sampai nanti.
Demikianlah Femmy dan Belina berpisah dikoridor kampus.
Sesampainya Femmy di perpustakaan, terpikirlah dibenaknya tentang dunia kaum muda mahasiswa di Dili yang ternyata berjalan seperti ini. Ketika masih tinggal di distrik, Femmy tidak pernah bergaul atau mengenal banyak orang kecuali sesama teman sekolah. Bahkan, Femmy sampai saat ini belum punya pacar atau kekasih. Mungkin karena hal inilah semua orang mengangapnya aneh termasuk Belina teman sekelasnya itu.
Kata ‘kuper’ alias kurang pergaulan dari Belina masih terngiang
dipikirannya. Belina memang cerewet mulutnya tapi hanya dia teman perempuan
yang akrab dengan Femmy dikampus ini.
***
Photo: www.uccla.pt |
Sesampainya mereka diberanda bangunan tua itu, seorang
laki-laki sudah berdiri disana dengan punnggung menghadap mereka. Belina
mengenal laki-laki itu dengan baik meskipun dari belakang dan segera memanggilnya.
“Ola[v]
Gil. Ayo kemari...”
Pemuda bernama Gil itu mambalikkan badan sambil tersenyum manis dan berjalan menuju ke arah dua gadis yang sudah menunggunya. Entah kenapa, Femmy merasa tangan dan kakinya agak gemetar tidak enak dan ingin segera menghindari tempat itu tetapi tatapan Belina membuatnya harus tetap teguh berdiri disana.
“Boatarde[vi]”
Gil menyapa mereka berdua sambil
memandang Belina dengan sebuah isyarat lalu mengarahkan pandangannya
ke Femmy.
“OK, Femmy, kenalkan, inilah Gil, teman yang meminta untuk berkenalan denganmu. Gil, kenalkan, ini Femmy sahabatku.”
Setelah Belina membuka perkenalan mereka, Gil menyalami tangan Femmy dengan erat selama beberapa saat sambil mengenalkan lagi dirinya dengan tersenyum manis.
“Hai Femmy, apa kabar? Senang bisa berkenalan denganmu. Namaku Gilman tapi biasanya cukup dipanggil Gil saja.”
“Hai Gil. Aku Femmy. Aku dan Belina satu kelas.”
“OK, Femmy, kenalkan, inilah Gil, teman yang meminta untuk berkenalan denganmu. Gil, kenalkan, ini Femmy sahabatku.”
Setelah Belina membuka perkenalan mereka, Gil menyalami tangan Femmy dengan erat selama beberapa saat sambil mengenalkan lagi dirinya dengan tersenyum manis.
“Hai Femmy, apa kabar? Senang bisa berkenalan denganmu. Namaku Gilman tapi biasanya cukup dipanggil Gil saja.”
“Hai Gil. Aku Femmy. Aku dan Belina satu kelas.”
Photo: Private collection |
Setelah berkenalan dengan Gil, mereka berjalan bersama menuju jalan raya untuk menunggu Mikrolet[vii] 010 jurusan Comoro. Gil ternyata adalah mahasiswa fakultas ilmu politik di kamppus itu juga. Sambil berjalan mereka saling bertukar cerita tentang stuasi politik serta gerakan masyarakat sipil yang yang diikuti Gil. Femmy terkesan mendengar cerita dan pendapat Gil dibidang politik dalam negeri.
Meskipun baru saja berteman dengan Gil, Femmy mulai merasa bahwa saran Belina memang ada benarnya. Femmy perlu berteman dengan orang lain sekali-kali. Karena kalau tidak, ia malah akan semakin 'kuper' aias kurang pergaulan.
Setelah beberapa minggu, Femmy
menerima SMS dari Gil.
-Femmy…
-Ya.
-Aku boleh bilang sesuatu?
- Boleh. Ada apa?
- Mau aku sampaikan lewat sms
atau kita bertemu langsung saja dulu baru aku sampaikan?
- Kenapa harus begitu? Perihal yang
penting sekali ya?
- Iya. Penting sekali.
-Hmmm, SMS sajalah. Besok aku ada
kuliah dan banyak tugas pula. Mungkin kita akan sulit bertemu.
- Baiklah. Tetapi boleh aku minta
agar kau jangan sampai marah setelah aku sampaikan perihal penting ini?
- Iih, sok pakai perihal penting segala. Rahasia
Negara ya? Hehehehe….
- Hehehehhe… tidak juga. Cuma rahasia hati. Tapi tolong
berjanjilah dulu, Femmy tidak akan marah dengan apa yang akan aku sampaikan?
- Apaan sih maun[viii]?
Katakan saja.
- Tolong berjanjilah dulu Femmy.
- OK. Aku tidak akan
marah.
- Femmy… aku ingin bilang padamu bahwa aku sudah menyukaimu sejak pertama kali kita berkenalan di
Liceu. Aku selalu teringat padamu sejak itu. Tapi kusimpan saja perasaan ini karena takut akan
kehilangan pertemanan denganmu. Tapi hari ini tidak bisa kutahan lagi. Makanya
aku sampaikan saja disini.
……
- Kau gadis yang berbeda dan punya
kecantikan yang berbeda dengan gadis lainnya. Aku rasa tidak cukup hanya
menjadi temanmu. Aku ingin pertemanan kita bisa berubah jadi lebih istimewa.
Karena aku takut, jika tidak kusampaikan lebih dulu, orang lain akan merebutmu
dariku.
……
- Femmy, boleh aku jadi pacarmu?
Femmy tertegun membaca
teks terakhir dari SMS Gil itu. Gil telah menyukai dia dan sudah menyampaikan
perasaannya. Sekarang, malah Femmy yang bingung, tidak tahu harus
berkata atau menjawab apa. Karena dia memang merasa nyaman dengan Gil tapi bukan berarti bahwa Femmy
ingin bersahabat lebih dari teman. Femmy tidak tahu akan menjawab
apa.
Tak lama kemudian, masuklah SMS berikutnya.
- Femmy….? Masih disana kan?
- Iya.
- Lalu bagaimana sekarang?
- Bagaimana apanya?
-Bagaimana jawabanmu? YES atau NO?
.............
.............
-Aku belum tahu. Aku pikirkan dulu.
- Sampai
kapan?
...................
...................
Femmy bingung harus menjawab apa lagi
kepada Gil. Dengan perasaan yang tidak
karuan, langsung saja ia atikan telfon genggamnya.
*****
Vitalia Z, Dili, Mei 2016
Cerita pendek ini adalah versi terjemahan ke bahasa Indonesia dari versi asli bahasa Tetum 'YES ka NO? yang juga ada di blog ini.
Catatan:
[i] Distrik
= sebutan untuk kota kecamatan/kota madya di Timor-Leste.
[ii] Miga
= panggilan slank anak muda Timor-Leste untuk teman perempuan. Singkatan yang diambil
dari kata amiga dari bahasa portugis
yang artinya teman perempuan.
[iii] Mana
boot = Bahasa Tetum mana (kakak
perempuan) dan boot (besar atau
tertua). Kedua kata ini tergabung membentuk arti kakak perempuan tertua. Ini
juga merupakan panggilan hormat untuk teman perempuan atau wanita yang usianya lebih
tua.
[iv]
Liceu = Gedung bangunan tua bekas peninggalan Portugis yang saat ini menjadi
bagian dari kampus universitas nasional UNTL di Dili. Gedung ini didirikan pada tahun sekitar 1938 (seperti yang ada difoto).
[v]
Ola = halo dalam bahasa Portugis.
[vi]
Boatarde = selamat siang dalam bahasa Portugis
[vii] Mikrolet
= angkutan umum sejenis minibus yang banyak beroperasi di Dili dan sejumlah
kota lainnya di Timor-Leste.
[viii]
Maun = sebutan bahasa Tetum untuk kakak laki-laki atau laki-laki yang berusia
lebih tua. Terkadang kata ini juga merupakan panggilan mesra perempuan untuk pacar
laki-laki atau suami.
Komentar
Posting Komentar