Review buku Aksara Amananunna
www.goodreads.com |
Kumpulan cerpen karya Rio Johan
ini bagi saya benar-benar berbeda untuk sastra Indonesia karya masa kini.
Ketika kebanyakan karya sastra Indonesia sedang ramai dengan tema-tema
romantisme, realisme atau surealisme yang mengulas isu agama, politik,
feminisme dan masalah sosial lainnya secara umum, karya Rio Johan malah muncul
dengan tema fantasi nan futuristik. Diksi
yang yang disajikan juga beragam dan inilah yang menjadi poin keunikan dari
karya Rio Johan.
12 cerpen dalam Aksara Amannuna
ini ditulis dengan masa, konteks dan kisah yang
berbeda, namun setiap kisah tetap dapat mencerminkan situasi dan konflik
dalam masyarakat secara satir nan surealis, erotis dan paradoxical dalam karakter tokoh-tokohnya dan konflik yang
mereka alami. Untuk tampilan fisik, saya suka sekali sampul buku ini dan jenis
kertasnya. Keunikan dari tema dari buku ini memang cukup menarik untuk dibaca.
Kendati demikian dalam beberapa cerpen malah akan muncul beberapa persamaan
tema dalam cerita. Rio Johan juga tidak begitu banyak menunjukkan emosi dalam
cerpen-cerpennya. Kendati terkesan dingin, pembaca tetap saja akan menemukan
sisi emosi itu sendiri menurut perspektif masing-masing.
Dalam Undang-Undang Anti Bunuh Diri , tema
sains fiktif dalam kemasan futuristik ini membuat saya ikut larut dalam
permainan logika satir kisah tersebut tentang alasan negara R untuk menerapkan undang-undang anti
bunuh diri di negerinya. Bagi saya kisah ini bisa mempunyai interpretasi tentang
pemberontakan terhadap hukum dan norma sosial yang berlaku pada suatu negara
atau terhadap suatu tatanan norma social masyrakat terhadap individu yang
sepertinya akan perlahan-perlahan tidak ingin dipatuhi lagi.
Kisah kedua Komunitas bagi saya
seolah merupakan analogi terhadap ikatan dan tuntutan institusional yang pada
awalnya nampak menjanjikan namun pada akhirnya malah membebani manusia dengan tuntutan-tuntutan
yang beragam. Tema yang sama menurut saya kembali hadir di cerpen Robbie Jobbie namun walaupun demikian
cerpen Robbie Jobbie menggambarkan
bagaimana keinginan seseorang untuk berkuasa akhirnya malah menjatuhkan dirinya
sendiri.
Dalam Aksara Amananuna, Rio Johan cukup kreatif mengambil tema kebingungan
manusia terhadap kekacauan bahasa ketika terjadi peristiwa Runtuhnya Menara
Babel. Cerpen ini bagi saya cukup menggelitik pikiran kita tentang masalah
komunikasi dalam masyarakat saat ini dan mungkin dimasa depan. Kevallier
d’ Orange adalah cerpen yang cukup menarik dimana cerpen ini menyajikan
twist yang agak rumit nan satir tentang bagaimana jenis kelamin sang Duke dipertanyakan oleh orang-orang
sekitarnya dan kemudian menajadi masalah besar untuk seissi kerajaan sementara
sang Duke hany bisa menurut atas kehandak raja akan tindakan untuk membuktikan
kejelasan status jendernya. Ini serupa gambaran generalisasi dan asumsi umum masyarakan
pada umumnya yang sering kali salah menginterpretasikan suatu fenomena sesuatu
yang baru dan berbeda dan dilain sisi juga menggambarkan kepatuhan manusia
terhadap suatu system otiritas meskipun tidak sesuai dengan kehendak hatinya. Kebingungan
yang sama kembali disajikan dalam Riwayat Benjamin namun bukan dari masyarakat
namun dari orang terdekat terhadap orientasi sexual tokoh Benjamin.
Sementara dalam Ginekopoli
yang juga bertema futuristik dan didominasi oleh perempuan sebagai pemegang otoritas
membuat saya melihat cerpen ini sebagai gambaran bentuk penolakan kaum tertentu
terhadap gerakan feminisme dan emansipasi wanita yang sedang berkembang tapi
mungkin juga Rio Johan punya maksud tersendiri untuk itu.
Isu filosofis ikut menghiasi
cerpen Rio yang berjudul Ketika Mubi bermimpi Menjadi Tuhan Yang
Melayang di Angkasa Sedangkan Pisang Tidak Tumbuh diatas Salju cukup
luwes menggambarkan semangat juang para pencari pengetahuan dari masa ke masa
yang tidak akan pernah padam secara turun temurun dan ini terdengar cukup inspiratif.
Issu tentang risak yang biasa
terjadi dikalangan anak-muda juga
diikutsertakan dalam cerpen Tidak Ada Air untuk Mikhail. Tema dan
lurnya sebenarnya cukup sederhana saja namun cukup membuat kesal karena pembaca
akan disuguhi dulu dengan ketidakberdayaan sang protagonist Mikhail. Kisah
tentang alien dan teka-teki keberadaaannya cukup menarik dikupas dalam cerpen Apa
Iya Hitler Kongkalikong dengan Alien. Meskipiun ending kisah ini cukup
mengejutkan namun alurnya membuat saya ingin terus menyimak hingga selesai. Cerpen
terkahir Susanna, Susanna cukup dramatis menggambarkan rasa bersalah seseorang
karena penghianatan terhadapa sahabat dimasa lalau.
Rio Johan menyajikan alur setiap
cerpen dengan cukup baik sehingga
membaca setiap cerpen membuat kita tidak ingin melewatkan setiap cerpen
bergitu saja. Dari ke 12 cerpen tadi yang menjadi favorit saya adalah
Undang-Undang Anti Bunuh Diri, Aksara Amanuna,
Ketika Mubi Bermimpi menjadi Tuhan dan Apa Iya Hitler Kongkalikong dengan
Alien. VZ
Komentar
Posting Komentar