Dia Seorang Putra Altar

Pada suatu ketika, dalam barisan tunggal komuni, kulihat sepasang mata sipit indah itu menatapku dari altar dengan senyum tipis dari wajah lugunya yang seolah berkata 'mari makin mendekatlah'. 
Ia berdiri disamping imam menyodorkan pinggan emas untuk setiap mulut yang menerima hosti suci. Dan aku gemetar dalam setiap langkah majuku kepadanya dan sang imam. Tidak pernah kudapati tatapan seperti itu darinya. Masihkah aku pantas maju atau haruskah aku keluar dari barisan? 

Aku semakin kedepan dan dia masih menatapku. Terang kerah kuning melingkar pada jubah putra altar itu makin menyinari wajahnya. Selangkah demi selangkah aku maju, dengan jantung yang seolah siap meledak bagai bom waktu. Sampai tiba giliranku berdiri didepan tatapannya, waktu seolah berhenti seketika. Kupejam mataku dan hosti putih kecil itu masuk ke mulutku. 
Aku segera bergeser dan berbalik ketempat dudukku. Komuniku mungkin telah tercemar dalam missa ini. 

Sejak itu, tiap kali aku ikut missa, kucoba tidak menatap jubah putra altar yang berkerah kuning bundar. 

www.massexplained.com

Dili, 26 Juni 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aprende husi Sócrates: Ta’es Dala Tolu

Domin no Diferensa

Feto no Lideransa: Wainhira Feto Ida Sai Lider